Jalan-Jalan Santai: Makanan Kyoto

Hai, berjumpa kembali dengan Tokio.
Suatu hari, saya dan istri melakukan perjalanan ke Kyoto yang merupakan salah satu tujuan wisata paling populer di Jepang.
Ini adalah perjalanan bersama istri setelah tidak pernah pernah pergi bersama selama 10 tahun terakhir. Saya ingat pernah melakukan perjalanan ke Kyoto beberapa waktu yang lalu, namun tetap berusaha mengikuti informasi terbaru dari program TV dan internet. Namun, ketika tiba di Kyoto, saya menyadari bahwa keadaannya telah berubah lebih dari yang saya bayangkan. saya merasakan perputaran transformasi zaman!
Seperti yang mungkin anda ketahui, Kyoto adalah kota dengan banyak situs warisan budaya yang dilestarikan, termasuk otera (Kuil Budha), jinja (Kuil Shinto), dan patung Buddha yang dibangun ratusan tahun yang lalu, serta pemandangan kota dan alamnya. Belakangan ini pengunjungnya lebih banyak turis asing dibandingkan dengan wisatawan lokal.

Pada kesempatan ini saya ingin memperkenalkan beberapa makanan khas Kyoto yang saya nikmati di Kyoto.

Tujuan pertama saya adalah Pasar Nishiki yang dikenal sebagai dapur Kyoto dengan lebih dari 100 toko berjejer di kedua sisinya, sehingga menjadikannya tempat yang aman bahkan pada saat hujan. Dipasar tersebut utamanya menjual oleh-oleh seperti manisan Jepang dan teh, tetapi saya sangat terkejut dengan berbagai perubahan yang tampak pada kunjungan kali ini. Toko-toko yang berjejer masih banyak seperti sebelumnya, namun sebagian besar merupakan toko yang menjual barang dengan target oleh oleh untuk turis asing seperti pakaian seperti T-shirt, kaos kaki, handuk tangan, serta sejumlah toko obat.

Yang paling menarik perhatian saya adalah banyaknya restoran stand-up di mana anda menyantap makanan Jepang di tempt sambil berdiri. Saya mengalami culture shock karena awalnya membayangkan Kyoto sebagai kota yang tenang.

Saat jam makan siang, antrean tampak di semua restoran.
Sehingga jika ingin menikmati masakan Jepang dengan tenang, kami sarankan untuk melakukan reservasi, kalau perlu sehari sebelumnya. Pada saat itu saya memilih restoran yang menyajikan masakan rumahan tradisional khas Kyoto yang bernama ‘Obanzai”.

“Obanzai” adalah sayuran rebusan khas Kyoto, ikan, dan lain-lain yang dicampurkan kedalam mangkok kecil, sehingga kita dapat menikmati berbagai rasa. “Obanzai” merupakan hidangan yang cocok dinikmati dengan nasi putih dan sup miso.
Saya memakan banyak hidangan berbeda selama perjalanan ke Kyoto, tetapi saya merasa bahwa sarapan yang dihidangkan di hotel tempat menginap adalah yang terbaik.
Di hari pertama, kami menyantap makanan buffet ala Barat dimana kami bisa makan apapun sepuasnya, jadi perut kami sudah penuh sejak pagi hari. Di hari kedua, kami memesan set makanan ala Jepang dan menikmatinya dalam suasana pagi yang tenang di Kyoto.
Terakhir, saya memperhatikan dalam perjalanan ke Kyoto kali ini turisnya lebih banyak dari yang saya perkirakan. Menyantap makanan lokal di destinasi wisata adalah salah satu kesenangan dalam bepergian, namun saya menyadari bahwa penting untuk memiliki ruang di mana kita dapat secara tenang menikmati hidangan yang disukai.

【Artikel terkait】

Jalan-Jalan Santai: Edisi Pasukan Bela Diri Darat dan Tempat Pemandian Umum

Berkeliling di Funabashi: Edisi Sauna

Mengenal Kota Funabashi: Edisi Kota Baru

Jalan-Jalan Santai: Akihabara dan AKB48

Profile

Tokio
Tokio
Saya tinggal bersama istri saya di Prefektur Chiba, sebelah Tokyo.
Kedua putranya hidup mandiri.
Baru-baru ini, putra sulung saya mempunyai seorang putri dan sekarang kami mempunyai seorang cucu!

Artikel terkait