“Bon Odori”

Hal yang berkaitan dengan tradisi Jepang di bulan Agustus, yaitu: Obon, liburan musim panas, pertunjukan kembang api, bisbol sekolah menengah, festival musim panas, laut, berenang, panas terik, pulang ke kampung halaman, “suika wari”/permainan membelah semangka, ‘bon odori”/ tarian bon, beer garden, dan lain-lain

Diantara berbagai tradisi tersebut, saya ingin mencari tahu tentang “Bon Odori” Jepang yang saya sendiri tidak tahu banyak tentangnya. Kemudian hasil kajian ini ingin saya sharing kepada semua orang di Indonesia.
Pada awalnya, saya tidak pernah memikirkan makna di balik “Bon Odori” selain sejenis tarian dengan gerakan berputar-putar yang ditampilkan waktu festival musim panas.

Ketika saya menelusuri hal yang berkaitan dengan asal muasal festival ini, saya menemukan sebuah teori yang menyebutkan “Ama no Iwato” dalam “kojiki/ catatan zaman dahulu”. Secara singkatnya, Dewa Cahaya yaitu Amaterasu Omikami merasa kesal oleh kelakuan adik laki-lakinya yang nakal dan bersembunyi di sebuah batu bernama “Ama no Iwato”. Untuk mengembalikan cahaya ke dunia, para dewa lain membuat keributan untuk memancing Amaterasu Omikami supaya keluar dari “Ama no Iwato”, sambil berkata, “lihat, sepertinya di luar terlihat menyenangkan…”, yang ketika mendengar hal tersebut membuat membuatnya keluar. Cerita tersebut dikatakan sebagai asal mula festival ini yang direncanakan dan menerapkan strategi untuk menciptakan kegembiraan.
Pada masa lalu, masyarakat Jepang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bercocok tanam padi. Kemudian ketika musim panas, festival diadakan untuk berdoa agar kerusakan yang ditimbulkan oleh angin topan, hujan lebat, dan hama dapat berkurang.
Kata “bon” didalam “Bon Odori” sendiri sepertinya mengacu pada acara “Obon”.
Asal usul “Obon” tampaknya terkait dengan acara Buddha “Urabon e”. Pada acara tersebut, sepertinya sejak zaman Kamakura (Tahun 1192-1333) hingga zaman Edo (Tahun 1603-1867), orang-orang mulai menghiasi altar Buddha dengan lentera dan bunga serta mengunjungi makam untuk mempersembahkan upacara peringatan kepada arwah leluhur mereka, seperti yang orang-orang Jepang lakukan saat ini.

“Bon Odori” adalah tarian yang ditampilkan pada saat acara “Obon”.
Asal usul “bon odori” atau tarian “bon” konon diciptakan oleh seorang biksu bernama Kuya Shonin di pertengahan zaman Heian (Tahun 794-1185). Tariannya dilakukan sambil memegang labu di tangan dan melantunkan “Nembutsu” (doa agama Buddha). “Nembutsu” dilakukan dengan cara bernyanyi sambil memukul-mukul labunya. Hal tersebut dimaksudkan supaya orang-orang yang mendengarkan dapat menghafal “Nembutsu”.
Konon tari “Nenbutsu” ini menjadi tari “bon” jika dibawakan pada acara “urabon e” yang diadakan untuk menghormati leluhur.
Pada dasarnya tarian “bon” ditampilkan untuk menghormati para leluhur.
Upacara peringatan di sini berarti mendoakan leluhur agar hidup bahagia di akhirat. Kuya Shonin adalah seperti tertera pada foto dibawah ini.

Kemudian, pada periode Kamakura, penekanannya disampaikan pada hiburan rakyat daripada sebagai upacara peringatan leluhur. Dalam perkembangannya, tampak unsur hiburannya menjadi lebih kuat.
Pada zaman Edo, tari “bon” menjadi media interaksi masyarakat dari berbagai daerah dan ajang pertemuan pria dan wanita. Karena menjadi tempat bertemunya pria dan wanita, sepertinya berbagai kendala terjadi saat menari.

Karena alasan ini, selama periode Meiji, “bon odori” dikontrol dengan sangat ketat karena dirasa “fuuki wo midasu/mengganggu moral masyarakat”. Sehingga, adanya kontrol tersebut membuat pertunjukan “bon odori” menjadi berkurang. Kita yang hidup di era Reiwa memiliki rasa kesucian yang kuat, mungkin tidak dapat membayangkan bahwa tarian “obon”, yang awalnya merupakan upacara peringatan leluhur, akan ditindas karena dianggap “mengganggu moral masyarakat”.

Kemudian, pada akhir era Taisho (Tahun 1912-1926), “bon odori” kemudian kembali dipromosikan sebagai bentuk hiburan di pedesaan, dan konon menjadi populer kembali di berbagai wilayah Jepang. “Bon odori” ditarikan oleh para petani sebagai hiburan di pedesaan. Salah satu alasan “bon odori” agak mirip dengan tarian modern yaitu tarian Parapara mungkin karena keduanya memiliki satu kesamaan, yaitu hiburan. Itu hanya pemikiran saya saja, pastinya tidak tahu.

Profile

Mt Fuji
Mt Fuji
Tiga nutrisi utama adalah olahraga/musik/alkohol
Yang saya inginkan adalah selera mode dan usia.
Orang sering bilang dia mirip komedian.

Artikel terkait