
Berkunjung ke Kuil Otori, Zoshigaya
Pada suatu hari di akhir pekan bulan Januari tahun 2025, saya pergi ke kuil Otori yang terletak di Zoshigaya, Distrik Toshima-Tokyo. Zoshigaya adalah daerah perumahan yang tenang dengan banyak bangunan bersejarah. Kuil Otori terletak sekitar 2 menit dengan berjalan kaki dari stasiun Zoshigaya di Jalur Fukutoshin Tokyo Metro, kemudian sekitar 3 menitan berjalan kaki dari stasiun Kishibojinmae di Jalur Toden Arakawa. (Foto ini adalah “Torii” kedua. Mohon maaf, saya lupa mengambil foto “Torii” pertama…). Catatan, “Torii” adalah gerbang tradisional Jepang yang biasanya terdapat di kuil Shinto.
Dewa yang disembah di kuil Otori Zoshigaya adalah “Yamato Takeru no Mikoto”. Selain itu, “Ukanomitama no Mikoto” disembah di Kuil Misugi Inari yang masih terletak di dalam komplek kuil Otori.
Kabarnya, kuil ini awalnya didirikan di area Aula Kishibojin yaitu pada tahun 1712 (tahun ke-2 era Shotoku pada pertengahan Periode Edo) sebagai tempat penyembahan kepada “Sagi Myojin”, yaitu salah satu dewa dalam kepercayaan Shinto. Kemudian, kuil ini berpisah dari area Aula Kishibojin dan berganti nama menjadi kuil Otori akibat gerakan pemisahan Shinto dan Buddha pada era Meiji, lokasinya berpindah ke lokasi saat ini pada tahun ke-20 masih pada era Meiji. Bangunan kuil yang sekarang sebetulnya telah dibangun kembali pada tahun 1981 (tahun ke-56 era Showa). Di dalam kompleks kuil ini, Dewa “Ebisu” yang merupakan salah satu dewa dari tujuh Dewa Keberuntungan “Zoshigaya” juga turut disembah. Pasarnya dikenal sebagai Pasar “Otori-sama Zoshigaya” dan merupakan salah satu pasar yang mewakili populer di kota Tokyo.

Etika dalam mengunjungi kuil adalah sebagai berikut: Pertama, kita diharuskan untuk membungkuk badan sebelum melewati “Torii”. (Setelah selesai berdoa dan akan pulang diharuskan juga untuk membungkuk badan kembali ketika melewati “Torii”).
Kemudian, kita harus membersihkan hati dan badan dengan mencuci tangan serta berkumur di “Chozuya”, yaitu air penyucian yang bertempat dipavilun.
Pada dasarnya, cara beribadah di kuil adalah “二拝二拍手一拝, Ni-hai, Ni-hakushu, Ichi-hai (membungkuk dua kali, bertepuk tangan dua kali, dan membungkuk satu kali lagi)”.
“拝” berarti “membungkuk dalam”. Cara beribadah dengan membungkuk tersebut menggambarkan hormat dan rasa syukur kepada dewa. Beberapa kuil ada juga yang menerapkan cara beribadah yang unik. Jika demikian, kita juga perlu mengikuti cara berdoa di kuil tersebut.
- Masukkanlah uang ke dalam kotak persembahan dengan hati-hati, jangan melemparnya.
- Karena tali lonceng kuil Otori telah dilepas sebagai tindakan pencegahan COVID-19, sekarang kita tidak dapat membunyikan loncengnya. (Tetapi jika anda berdoa di kuil yang memiliki lonceng di depan kotak persembahannya, dipersilahkan untuk membunyikannya).
- [Membungkuk dua kali] Berdirilah tegak dan membungkuk dalam sebanyak dua kali dengan menekuk pinggang hingga sudut 90 derajat.
- [Bertepuk tangan dua kali] Letakkan kedua tangan sejajar dengan dada dan bertepuk tangan dua kali dengan posisi tangan kanan sedikit lebih rendah dari tangan kiri. Setelah itu, rapatkan jemari Anda dan panjatkan doa.
- [ Membungkuk satu kali] Turunkan tangan anda dan ulangi membungkuk dalam sekali lagi.

Tampaknya, karena “kamon Shinto” kuil Otori adalah “Fukuromon”, yaitu lambang pada pembungkus yang disebut “Fukutsutsumi”, maka kita dapat melihat lambang tersebut di berbagai tempat, seperti pada wadah air untuk mencuci tangan dan tirai “haiden” (tempat ibadah di kuil Shinto). “Fukuromon” sendiri sangat langka, tetapi Fukuromon yang disebut “Fukutsutsumi” hanya dapat dilihat di kuil Otori. Saya terkejut dan baru pertama kali melihat kotak persembahan berbentuk kantong serut!. Kita dapat memasukkan uang persembahan dari bagian atas kantong yang terbuka atau juga dari bagian bawah mejanya.
Saya beribadah di kuil Misugi Inari dan kepada Dewa “Ebisu” yang merupakan salah satu dari tujuh Dewa Keberuntungan “Zoshigaya” yang terletak di dalam area kuil Otori. Saat melangkah maju ke jalan setapak di dalam area gedung kuil, kita akan menjumpai “torii” batu dan kuil Misugi Inari dengan dua patung rubah-rubah suci yang terletak di kedua sisinya. Kuil Misugi Inari awalnya juga merupakan kuil tempat kepala pendeta kuil Otori bertugas, tetapi kuil tersebut terpaksa dikosongkan karena pembangunan Jalan Tol Metropolitan Rute 5, dan dipindahkan ke area kuil Otori pada tahun 1967. Dewa “Ebisu” yang merupakan salah satu dari tujuh Dewa Keberuntungan “Zoshigaya” terlihat sangat gagah! Dewa “Ebisu” juga duduk di atas kantong serut!

Setelah berdoa, saya mendapatkan jimat dan mengambil kertas ramalan.
Saya sedikit bimbang dalam memilih tiga macam kertas ramalan, yaitu kertas ramalan ikan kakap merah dari Dewa “Ebis”, kertas ramalan ikan kakap merah untuk pemikat cinta, dan kertas ramalan emas. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengambil kertas ramalan ikan kakap merah dari Dewa “Ebis”. Kertas ramalan ikan kakap merah dari Dewa “Ebis” tersebut memiliki tiga jenis patung pajangan kecil, yaitu ikan kakap merah, ikan kakap hitam, dan Dewa “Ebis”. Saya memilih patung ikan kakap merah. Meskipun hasilnya adalah keberuntungan kecil, tetapi saya berharap “Ketenangan sepanjang tahun”!
Ternyata banyak yang menarik perhatian saya ketika melihat orang-orang berdoa, ada orang yang berdoa dengan hewan peliharaannya, ada orang yang beribadah sambil menggendong bayinya, dan terlihat bermacam-macam orang beribadah di sini. Sepertinya kuil ini sangat dicintai oleh masyarakat sekitarnya!
Ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi kuil Otori. Saya merasakan udara yang segar ketika memasuki area kuil. Karena saat itu musim dingin, maka daun-daun pohon Keyaki yang ditanam di area kuil semuanya telah gugur. Saya ingin datang dan beribadah lagi ke sini pada musim ketika daun-daun pohon Keyaki tersebut sedang tumbuh rimbun. Oh ya, saya juga ingin berkunjung saat Pasar Tori pada bulan November.

Ditengah perjalanan ke stasiun untuk pulang, saya melihat lapangan segitiga “Zoshigaya”. Lapangan tersebut dibangun pada tahun 2019. Lapangan ini pada awalnya dipenuhi rumput dan sampah disekitar dua vending mesin, yang kemudian dibersihkan oleh orang-orang komunitas masyarakat dari klub lapangan “Zoshigaya” dan pemiliknya. Lapangan ini memiliki kursi kayu tempat kita dapat menonton Trem Tokyo berjalan. Meskipun saya sedikit terkejut, tetapi saya merasa rileks nyaman dengan patung burung hantu yang lucu dan besar yang berada ditempat tersebut.
Jarak dari stasiun Ikebukuro (Jalur Tokyo Metro Fukutoshin) ke stasiun Zoshigaya hanya satu stasiun saja. Jika Anda datang ke Ikebukuro, Silahkan berkunjung sampai Zoshigaya juga.
Profile
-
Saya suka roti melon.
Saya menulis artikel berdasarkan keinginan hati saya, seperti mengunjungi museum, galeri seni, dan pertunjukan teater.















