Pohon Jeruk di Kebun Rumah yang Sebesar Dahi Kucing

Rumah saya memiliki kebun sebesar dahi kucing (neko no hitai hodo). Saya tidak tahu bagaimana istilah sebagai orang Indonesia untuk hal ini, tetapi kata ‘hitai’ itu mengacu kepada dahi. Di Jepang, istilah ‘Neko no hitai (Dahi kucing)’ digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang kecil, seperti “taman sebesar dahi kucing” atau “rumah sebesar dahi kucing”. Ungkapan tersebut digunakan ketika membandingkan ukuran area, permukaan tanah atau ruang yang tidak luas.

Rumah saya, dengan sebidang kebunnya, terletak di suatu kota Prefektur Kanagawa, Jepang. Seperti judulnya, saya memiliki kebun kecil seukuran dahi kucing. Tetapi di kebun tersebut, saya memiliki beragam tanaman dan dapat menikmati pemandangan empat musim yang sepanjang tahunnya berubah-ubah.

Saya ingin memperkenalkan kegiatan berkebun di rumah untuk berbagai musim dalam setahun.

Pada kesempatan ini, saya akan berbagi cerita terkait menanam pohon jeruk dari pohon bibit hingga panen. Bibit pohon jeruk kami dibeli dari Pusat Perkebunan pada musim dingin 2019 dalam bentuk pohon kecil berukuran 60 cm. Sekarang sudah memasuki tahun keempat, dipenuhi dengan bunga putih yang lebih bermekaran dari tahun sebelumnya pada musim semi ini.

Saat tahun 2020 pohonnya masih Kecil, tetapi tahun ini sudah lumayan besar dan banyak bunga putih bermekaran, ketika memasuki bulan Mei mulai tampak buah kecil yang warna hijau. Saya sepertinya dapat menantikan panennya pada musim gugur.

Namun ketika memasuki bulan Juni, buah-buah kecil itu berjatuhan ketanah. Setelah mencoba menggali berbagai informasi, saya menemukan fakta ilmiah bahwa pada Bulan Juni merupakan saat ‘kehilangan buah secara fisiologis’ sehingga biasanya banyak buah yang jatuh. Jadi berjatuhannya buah jeruk bukan karena faktor eksternal seperti topan atau hama, tetapi memang merupakan fenomena fisiologis pohon. Saya juga mengamati bahwa banyaknya buah yang dihasilkan akan  sesuai dengan ukuran pohonnya. Kenyataan yang sedikit mengecewakan, tetapi tetap bersyukur karena masih dapat melihat sekitar 20 jeruk kecil tumbuh dengan baik.

Dari bulan Juli hingga September, jeruk-jeruk kecil berwarna hijau itu berangsur-angsur membesar dan secara bertahap menjadi berwarna oranye. Sepertinya segera tiba saatnya untuk memanennya.

Ketika sudah memasuki bulan Desember, akhirnya saya bisa memetik 12 biji jeruk. Penampilannya tidak kalah dengan jeruk yang dijual. Dengan perasaan yang penuh keingintahuan untuk rasanya, saya segera mencoba memakannya.  Kandungan airnya banyak sayangnya tidak manis. Saya tidak terlalu bersedih dengan kualitas jeruk untuk panen perdana ini karena adakalanya jeruk yang dibeli di toko pun memiliki rasa mengecewakan seperti ini. Walaupun dalam hati kecil berbisik bahwa jeruk yang dibeli ditoko buah rasanya lebih enak dan jarang yang gagal wkwkwk.

Musim dingin ini saya akan belajar cara mengelola pohon jeruk, yaitu terkait pemilihan daun dan pemupukannya supaya tahun depan dapat menghasilkan kualitas buah jeruk yang meningkat sehingga dapat memanen jeruk yang lebih baik lagi.

Mudah-mudahan saya dapat menceritakan hasilnya tahun depan.

【Artikel terkait】

Kebun Rumah yang Sebesar Dahi Kucing, Bag.2: Bunga yang Mekar di Musim Dingin

Kebun Rumah yang Sebesar Dahi Kucing: Bag.3: Edisi Kebun Sayur

Profile

soj_admin
Saya adalah administrator SOJ.
Kami menyajikan kepada Anda realitas kehidupan sehari-hari di Jepang.

Artikel terkait

  1. No comments yet.