Jalan-Jalan Santai di Tokyo

Berjumpa kembali dengan Tokio.
Pada kali ini, saya ingin kembali berbagi tentang kegiatan berjalan-jalan yang sebuah hobi yang telah dilaksanakan selama bertahun-tahun karena telah memasuki musim yang ideal untuk keluar rumah.
Bagi saya yang hampir tidak pernah melakukan aktivitas fisik di luar ruangan, berjalan kaki merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi kurangnya berolahraga. Terlebih lagi, seiring bertambahnya usia, saya semakin berusaha untuk berjalan kaki secara rutin.
Moda transportasi seperti mobil memang memungkinkan kita berpindah tempat dalam waktu singkat dan sangat praktis. Tetapi kita harus berkonsentrasi saat mengemudi, sehingga memikirkan hal lain atau melamun saat mengemudi tentu sangat berbahaya. Dalam hal ini, berjalan kaki lebih memberikan keleluasaan. Jika ada sesuatu atau tempat yang menarik perhatian, kita dapat berhenti sejenak atau bahkan berbelok untuk menjelajahinya. Bahkan di jalan yang sama, kita bisa menemukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak disadari.
Bagi kawula muda dengan segala kesibukan kerja dan aktivitas sosialnya, mungkin sewajar nya jika mereka ingin bergerak secara efisien dalam waktu singkat. Sementara itu, banyak orang lanjut usia yang sudah perlahan mulai kehilangan kekuatan fisiknya atau menghadapi masalah kesehatan, sehingga keinginan untuk berjalan pun tidak selalu memungkinkan. Oleh sebab itu, saya merasa bahwa berjalan kaki tanpa diburu waktu dan tanpa harus memikirkan apa pun adalah sebuah hobi yang mewah sekaligus membahagiakan.

Pada waktu kantor perusahaan masih berada di Yotsuya-Tokyo, saya biasa berjalan kaki pulang ke Stasiun Tokyo sekitar dua hingga tiga kali sebulan setelah selesai bekerja. Awalnya, hal ini dipicu oleh keinginan untuk melihat “Kokkai Gijido” atau Gedung Parlemen secara langsung, karena saya belum pernah melihatnya secara fisik dan hanya mengetahuinya melalui televisi.
Rute perjalanan saya dimulai dengan melewati kantor agensi hiburan seperti Sun Music dan Ota Production yang berada di dekat kantor. Kemudian, dilanjutkan dengan melintasi kawasan tempat minum/bar di Arakicho, berjalan di sepanjang Jalan Shinjuku, lalu menuju ke “Akasaka Geihinkan” /Wisma Negara Akasaka.
Wisma Negara Akasaka adalah fasilitas yang dikelola oleh negara dengan bangunan megah bergaya istana Barat yang didirikan di atas lahan yang luas. Tempat ini digunakan untuk menyambut raja dan presiden dari berbagai negara, serta untuk menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi dan jamuan makan malam. Jalanan disekitarnya cenderung sepi walaupun pada siang hari karena tidak sembarang orang dapat masuk dengan bebas. Terlebih lagi pada malam hari, suasana menjadi sunyi senyap dan tidak ada orang yang lewat. Sehingga, saat melihat bangunan yang dikelilingi pagar besi yang penuh dengan keheningan tersebut, maka akan menimbulkan kesan yang khidmat.

Selanjutnya, setelah berjalan di samping Wisma Negara Akasaka yang sepi dan gelap, saya tiba di “Akasaka Mitsuke”. Ini adalah sebuah kawasan yang ramai dengan banyak orang, mulai dari restoran tradisional kelas atas hingga tempat minum/bar dan tempat makan lainnya. Lalu lintas kendaraan di sini juga sangat padat, yang membuat kita benar-benar merasakan suasana sedang berada di Tokyo. Setelah berjalan sekitar sepuluh menit di jalan yang ramai tersebut, saya dapat melihat Kantor Perdana Menteri (Shuso Kantei). Di sekitar area ini, tempat makan menjadi sedikit dan suasananya menjadi lebih tenang. Kantor Perdana Menteri adalah tempat pemimpin tertinggi Jepang, yaitu Perdana Menteri, menjalankan tugasnya sehari-hari. Ditempat tersebut beberapa petugas kepolisian selalu berjaga walaupun pada malam hari. Saya tidak pernah dihentikan oleh mereka karena mungkin hanya sekadar lewat.
Setelah menaiki tanjakan di dekat Kantor Perdana Menteri dan berjalan sekitar lima menit, saya pun tiba di tempat yang dituju yaitu “Kokkai Gijido”/Gedung Parlemen.

Saya sampai di Gedung Parlemen sudah malam. Ditempat tersebut masih terlihat kendaraan patroli dan petugas kepolisian, tetapi hampir tidak ada warga sipil yang tampak. Meskipun hanya berjarak sekitar 15 menit berjalan kaki dari kawasan ramai yang saya lewati sebelumnya, suasana di tempat ini jauh berbeda. Kehadiran polisi menciptakan suasana yang sedikit menegangkan. Tentu saja, jika berhenti terlalu lama di depan gerbang utama pada malam hari saat parlemen tidak sedang bersidang, maka saya mungkin akan diperiksa oleh polisi yang berjaga. Oleh karena itu, saya mengamatinya dari lokasi yang agak jauh dari gerbang utama. Berbeda dengan yang terlihat di televisi atau foto, eksterior bangunan yang terbuat dari batu ini memberikan kesan yang megah dan kokoh. Pemandangannya di tengah keheningan tanpa ada seorang manusia pun sungguh mengesankan dan layak untuk dilihat.
Dalam suasana yang penuh tekanan dan ketegangan tanpa kata tersebut, saya berjalan melewati distrik pemerintahan hingga tiba di depan Markas Besar Kepolisian Metropolitan Tokyo. Area ini seharusnya sepi juga karena berhadapan langsung dengan Istana Kekaisaran dan tidak ada restoran, tetapi karena banyak orang yang berjoging di sepanjang parit istana, maka suasana tidak terasa lengang.
Setelah berpapasan dengan orang yang berjoging, kemudian saya berjalan beberapa saat hingga tiba di kawasan perkantoran Marunouchi.

Kawasan ini dipenuhi oleh gedung-gedung baru dan lama. Lantai dasarnya diisi oleh butik-butik mewah dan restoran mahal, sementara lantai atasnya ditempati oleh perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar di bursa efek. Oleh karena itu, saya tidak singgah di mana pun dan langsung menuju tujuan akhir yaitu Stasiun Tokyo.
Stasiun Tokyo secara garis besar terbagi menjadi dua pintu keluar utama, yaitu Pintu Keluar Marunouchi dan Pintu Keluar Yaesu. Sisi Yaesu terhubung dengan berbagai fasilitas komersial dan perkantoran, sehingga wujud bangunannya sebagai stasiun tidak terlihat begitu jelas. Sebaliknya pada sisi Marunouchi, bangunan stasiun bata merah yang didirikan pada tahun 1914 masih berdiri hingga kini. Tempat ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya penting negara dan juga merupakan lokasi yang sangat layak untuk dikunjungi.
Semua tempat yang saya kunjungi dalam perjalanan ini sangat ramai oleh orang dan kendaraan pada siang hari, sehingga sulit untuk mengamatinya dengan tenang. Namun pada malam hari, kita dapat menikmati pemandangan dengan santai sesuai keinginan kita sendiri. Banyak sekali tempat menarik untuk dilihat, jadi silakan datang dan saksikan sendiri.

Profile

Tokio
Tokio
Saya tinggal bersama istri saya di Prefektur Chiba, sebelah Tokyo.
Kedua putranya hidup mandiri.
Baru-baru ini, putra sulung saya mempunyai seorang putri dan sekarang kami mempunyai seorang cucu!

Artikel terkait