Kebun Rumah yang Sebesar Dahi Kucing, Bag.9: “Ajisai/Bunga Hydrangea” dan “Tsuyu/Musim Hujan”

Rumah saya memiliki kebun kecil seperti dahi kucing yang dalam Bahasa Jepang dikenal dengan istilah ‘neko no hitai hodo’. Saya tidak paham bagaimana ketika orang Indonesia mendengar istilah tersebut, tetapi kata “Hitai” apabila diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia berarti ‘dahi’. Di Jepang, ketika merujuk kepada luasan yang kecil, biasa digambarkan dengan “Pekarangan seperti dahi kucing” atau “Rumah seperti dahi kucing”, karena dahi kucing sangat kecil.
Di Jepang, saat ini kami sedang memasuki musim hujan. Ini merupakan musim yang kurang menyenangkan setelah musim dingin yang panjang, serta merupakan periode dengan risiko bencana alam seperti banjir yang paling tinggi sepanjang tahun. Namun demikian, musim ini juga memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan kita, karena jika hujan tidak turun pada periode ini, maka akan berdampak pada ketersediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari selama musim panas, serta memengaruhi pertumbuhan hasil pertanian.
Berbicara mengenai musim di Indonesia dengan posisi yang terletak tepat di garis khatulistiwa, tentu tidak memiliki empat musim seperti di Jepang, bukan?. Pada Bulan Juni ini, sepertinya merupakan awal dari musim kemarau, ya?. Dari informasi yang saya peroleh, musim kemarau di Indonesia ditandai dengan tingkat kelembapan yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikatakan sebagai waktu yang cukup nyaman untuk beraktivitas.

Pada musim seperti ini, bunga “ajisai (hydrangea)” di halaman rumah kami mulai bermekaran satu per satu. Kami dapat menikmati keindahannya selama kurang lebih satu bulan, sejak awal hingga akhir musim hujan. Tetapi, perlu diketahui bahwa “ajisai” tidak akan berbunga di tahun berikutnya jika metode pemangkasannya salah. Bagi saya yang selama ini menerapkan gaya berkebun “seadanya” sesuai selera sendiri, merasa bahwa tanaman ini bukanlah jenis yang sesuai untuk saya. Sebelumnya, saya pernah memangkas terlalu banyak ranting dan daun “ajisai” yang tumbuh terlalu panjang, sehingga akhirnya sama sekali tidak berbunga.
Setelah mengalami kegagalan tersebut, tahun ini saya akhirnya dapat melihat banyak kuncup bunga yang tumbuh dengan baik. Ternyata dalam berkebun memang tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Jika kita mempelajari dan merawat bagian yang perlu dipangkas dengan benar, maka bunga “ajisai” akan mekar dengan indah setiap tahunnya. Meskipun terasa agak merepotkan, tetapi perawatan dan pemangkasan yang tepat sangatlah penting untuk bunga “ajisai”.

Selain itu, banyak orang mengira bahwa bagian yang tampak seperti kelopak bunga “ajisai” sebenarnya bukanlah kelopak. Bagian indah yang sering kita anggap sebagai kelopak itu sesungguhnya adalah “gaku” atau kelopak pelindung bunga, sementara bunga yang sesungguhnya justru adalah bagian kecil yang terletak di tengah-tengahnya. Setelah saya mencari tahu, “gaku” merupakan bagian yang melindungi bunga saat masih berupa kuncup. Pada tanaman bunga lain, “gaku” biasanya berwarna hijau. Meskipun istilah botanis seperti ini mungkin tidak terlalu penting bagi sebagian orang, tetapi kalau terlihat indah, bagi saya baik “gaku” maupun kelopak tetaplah indah. Maka dari itu, saya ingin menikmati bunga “ajisai” yang mekar di musim hujan ini tanpa terlalu terikat pada istilah ilmiahnya.
Ngomong-ngomong, diketahui bahwa jenis asli dari bunga “ajisai” yang berasal dari Jepang dikenal sebagai “gaku ajisai”. Saat ini, berbagai varietas “ajisai” hasil persilangan dan pengembangan telah dibudidayakan di seluruh dunia sebagai tanaman hias. Saya penasaran, apakah di Indonesia juga terdapat bunga “ajisai”?.
Jika Anda berkunjung ke Jepang pada musim hujan ini, saya sarankan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang berkaitan dengan “ajisai”. Di berbagai wilayah Jepang, terdapat kuil-kuil yang dikenal sebagai “kuil ajisai”, seperti “Meigetsuin” dan “Hasedera” di kota Kamakura Prefektur Kanagawa, yang dikenal karena keindahan bunga “ajisai”nya.
Saya pun berharap bunga “ajisai” di rumah kami dapat terus mekar dengan indah dan tidak kalah dari yang ada di kuil-kuil tersebut. Untuk itu, saya akan meninggalkan kebiasaan berkebun yang asal-asalan dan berusaha merawatnya dengan baik agar tahun depan pun tetap berbunga dengan menawan.

Profile

Y.K.
Y.K.
Seorang anak pantai asli yang lahir di Kota Yokohama, Prefektur Kanagawa. Saya seorang pria tua yang menyukai golf!
Berapa tahun lagi saya bisa bermain golf?
Dia bekerja keras setiap hari untuk menjaga jarak, meningkatkan tekniknya, dan bersaing dalam golf kompetitif.
Hobi lainnya: berkebun, bernyanyi dengan suara keras, menonton pertandingan bisbol, dll.

Artikel terkait